Mengenal Sanitary Landfill, Metode Pengelolaan Sampah yang Populer di Indonesia

Mengenal Sanitary Landfill, Metode Pengelolaan Sampah yang Populer di Indonesia

Sampah memang menjadi isu yang sangat luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini dikarenakan manusia yang semakin konsumtif dan juga lahan pengelolaan sampah yang semakin sedikit. Sepert halnya di negara lain, masalah sampah juga melanda Indonesia.

Banyak yang mengira, di Indonesia sampah hanya ditumpuk di suatu tempat pembuangan akhir. Salah satu contoh paling terkenal adalah TPA Bantar Gebang di Bekasi. Namun tahukah Anda ternyata sistem TPA di Bantar gebang sebenarnya juga tidak asal ditumpuk. Melainkan juga termasuk sebagai pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampeh seperti di Bantar Gebang adalah metode yang paling umum dan paling banyak digunakan. Metode seperti ini disebut dengan Sanitary Landfill. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan sanitary landfill itu?

Pengertian Sanitary Landfill

Pengertian Sanitary Landfill

Sanitary Landfill merupakan sebuah metode pengelolaan sampah yang paling banyak digunakan. Tidak hanya di Indonesia, metode ini juga masih banyak digunakan di negara-negara lain. Ciri khas metode pengelolaan ini adalah dengan menumpuk sampah di suatu lokasi yang cekung, kemudian dipadatkan dan ditimbun dengan tanah.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih lokasi yang tepat. Lokasi yang dipilih baiknyaluas dan juga jauh dari lokasi pemukiman. Karena aroma sampah dan juga berbagai kontaminan dapat muncul dari tempat pembuangan akhir ini.

Tidak hanya asal menumpuk dan menimbun. Dalam metode pengeloaan sampah sanitary landfill setelah tanah dibuat cekungan, bagian dasar cekungan akan dilapisi terlebih dahulu dengan tanah lempung dan geomembran. Kedua lapisan ini akan menjaga agar air lindi, atau air yang dihasilkan oleh sampah tidak merembes dan mencemari air tanah yang kemungkinan besar dimanfaatkan untuk kehidupan manusia disekitarnya.

Agar tidak terus menggenang air lindi ini aka dikeluarkan melalui pipa dan dimasukkan ke dalam penampungan tersendiri. Selain air, hasil penguraian sampah juga menghasilkan gas metana. Ga metana ini juga diberikan pipa tersendiri yang akan bermuara di penampungan Air lindi. Setelah terkumpul, air akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sedangkan metana dapat dimanfaatkan sebagai biogas.

Elemen dari Sanitary Landfill

Elemen dari Sanitary Landfill

Tidak hanya jauh dari pemukiman penduduk, wilayah yang akan dipilih untuk lokasi pengelolaan Sanitary Landfill harus memiliki beberapa elemen sebagai berikut:

1. Lining System

Bagian wilyah yang dipilih harus memiliki lining system sebagai dasar. Bagian ini harus tersusun dari campuran tanah dan bentonite yang akan membantu proses pembusukan sampah dan tidak rembes ke air tanah.

2. Leachate Collection System

Leachate Collection System merupakan sistem pengumpulan airl lindi, sistem ini juga dibuat sedemikian rup agar lindi tidak menggenang dan merembes ke dalam tanah.

3. Cover Or Cap System

Mengingat metode ini adalah metode outdoor, cover system harus diperhitungkan agar air hujan tidak masuk kedalam penampungan dan menambah kapasitas air lindi.

4. Sistem Ventilasi

Mengingat hasil samping pembusukan sampah adalah gas metana yang bersifat mudah terbakar. Ventilasi dalam tempat pembuangan harus baik. Agar tidak terjadi ledakan dari gas metana yang terkumpul.

5. Sistem Monitor

Sistem moitor tidak hanya bertugas mengawasi dan memantau, namun juga bertugas memberi peringatan dini jika terdapat masalah seperti kebocoran yag dapat membahayakan manusia dan lingkungan sekitar.

Keuntungan dari Metode Sanitary Landfill

Metode pengelolaan Sanitary Landfill lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:

  1. Murah karena hanya membutuhkan lahan kosong saja
  2. Tidak butuh banyak biaya untuk pembangunan dan pembuatan
  3. Dapat menampung berbagai jenis sampah.
  4. Bisa menjadi penghasil energi alternatif

Kerugian dari Metode Sanitary Landfill

Seperti halnya metode lain, selain keuntungan juga terdapat kerugian, apabila tidak dikelola dengan sungguh-sungguh, yaitu:

  1. Resiko pencemaran air dari lindi yang merembes dalam tanah
  2. Resiko ledakan dari gas metana.
  3. Membutuhkan lahan yang luas, akan sulit dilaksanakan di kota besar yang padat penduduk.