
Bahaya dan Risiko Pendakian Gunung yang Harus Diwaspadai
Bahaya dan Risiko Pendakian Gunung yang Harus Diwaspadai. Mendaki gunung adalah kegiatan yang menantang dan memacu adrenalin, tetapi juga menyimpan berbagai risiko serius. Setiap tahun, banyak pendaki mengalami kecelakaan bahkan kehilangan nyawa karena kurangnya persiapan atau ketidaktahuan akan bahaya yang mengintai.
Artikel ini akan membahas bahaya dan risiko pendakian gunung secara mendalam, mulai dari ancaman alam, kesalahan manusia, hingga cara mengantisipasinya. Dengan memahami risiko ini, kamu bisa meminimalkan potensi bahaya dan menikmati pendakian dengan lebih aman.
1. Hypothermia (Hipotermia): Pembunuh Diam-Diam di Ketinggian
Apa Itu Hypothermia?
Hypothermia terjadi ketika suhu tubuh turun drastis di bawah 35°C akibat paparan cuaca dingin, angin kencang, atau pakaian basah. Kondisi ini berpotensi fatal jika tidak ditangani cepat.
Gejala:
- Gemetar tidak terkendali
- Bicara tidak jelas
- Kelelahan ekstrem
- Penurunan kesadaran
Cara Mencegah:
- Gunakan lapisan pakaian berteknik layering (base layer, insulation, outer shell).
- Bawa jaket tahan air dan angin.
- Hindari pakaian basah, segera ganti jika terkena hujan.
2. Altitude Mountain Sickness (AMS) – Penyakit Ketinggian
Apa Itu AMS?
AMS terjadi karena tubuh tidak bisa beradaptasi dengan kadar oksigen rendah di ketinggian. Gejalanya mulai ringan hingga berat (HAPE atau HACE yang mematikan).
Gejala AMS:
- Sakit kepala parah
- Mual & muntah
- Sesak napas
- Sulit tidur
Cara Mengatasi:
- Turun segera jika gejala memburuk.
- Minum obat acetazolamide (Diamox) untuk adaptasi.
- Hindari naik terlalu cepat (max 300-500 meter/hari di atas 2.500 mdpl).
3. Jatuh & Terpeleset di Medan Terjal
Risiko Utama:
- Jalur berbatu & licin (contoh: Pasir Panjang di Semeru).
- Tanah longsor di musim hujan.
- Jembatan tali rapuh di beberapa jalur (misal Rinjani).
Cara Mencegah:
- Gunakan sepatu trekking berkualitas dengan grip kuat.
- Pakai tali pengamandi jalur ekstrem.
- Hindari pendakian saat cuaca buruk.
4. Kehabisan Logistik & Dehidrasi
Kasus Nyata:
- Pendaki tersesat di Gunung Lawu (2023) karena kehabisan air.
- Keracunan makanan akibat logistik tidak higienis.
Solusi:
- Bawa air minum 3-4 liter/hari+ tablet pemurni air.
- Siapkan makanan tinggi kalori (energy bar, mi instan).
- Hitung durasi pendakian dengan tepat untuk estimasi logistik.
5. Tersesat & Hilang di Hutan
Penyebab Utama:
- Tidak paham navigasi peta/kompas.
- Mengandalkan GPS smartphone (bisa kehabisan baterai).
- Kabut tebal menutup jalur.
Cara Antisipasi:
- Pelajari peta jalur pendakian sebelum berangkat.
- Bawa kompas & GPS portabel.
- Gunakan tanda alam (jejak, pohon marka) jika tersesat.
6. Serangan Satwa Liar
Hewan Berbahaya di Gunung Indonesia:
- Harimau Sumatera(Kerinci, Leuser).
- Ular berbisa (Jawa & Kalimantan).
- Babi hutan (Rinjani).
Tips Menghindari:
- Jangan buang sampah makanan (memancing hewan).
- Hindari berkemah di jalur satwa.
- Bawa tongkat & senteru ntuk mengusir hewan.
7. Badai Petir & Cuaca Ekstrem
Fakta Mengerikan:
- Petir di Gunung Prau (2021) tewaskan 1 pendaki.
- Angin kencang di Rinjani bisa robohkan tenda.
Tindakan Preventif:
- Cek prakiraan cuaca BMKG sebelum naik.
- Segera cari tempat rendah jika ada petir.
- Bawa tenda anti-badai.
8. Keracunan Gas Beracun (Gunung Berapi Aktif)
Gunung Berbahaya:
- Semeru (abu vulkanik).
- Slamet (gas belerang).
- Marapi (CO2 di kawah).
Proteksi Diri:
- Pakai masker N95 di area berdebu.
- Hindari kawah saat berasap tebal.
- Ikuti arahan PVMBG (Pusat Vulkanologi).
9. Human Error: Kesalahan Pendaki Sendiri
Kesalahan Fatal yang Sering Terjadi:
- Nafsu “summit fever” (memaksa ke puncak meski kondisi tidak memungkinkan).
- Membawa perlengkapan seadanya.
- Mendaki solo tanpa pengalaman.
Solusi:
- Ikuti kelompok pendaki berpe ngalaman.
- Asah skill survival dasar.
- Batalkan pendakian jika kondisi tidak aman.
10. Krisis Mental & Panik di Gunung
Kasus Nyata:
- Pendaki Gunung Arjuno (2022) hilang karena panik saat kabut.
- Trauma akibat melihat kecelakaan pendaki lain.
Cara Menguatkan Mental:
- Lakukan simulasi pendakian sebelumnya.
- Bawa whistle (peluit) untuk sinyal darurat.
- Tetap tenang & fokus saat masalah muncul.
Kesimpulan: Pendakian Aman = Persiapan Matang
Baca Juga :
Pencegahan Optimal
Dari semua risiko di atas, 90% kecelakaan pendakian sebenarnya bisa dicegah dengan:
- Pengetahuan medan & cuaca.
- Perlengkapan lengkap.
- Kebugaran fisik & mental.
- Kepatuhan pada aturan pendakian.
Gunung tidak pernah meminta korban, tapi kecerobohan manusia yang menyebabkan tragedi.Selalu prioritaskan keselamatan di atas ego! “Yang penting bukan mencapai puncak, tapi pulang dengan selamat.”– Petuah Pendaki Senior.